KEMENTAN DUKUNG PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN DENGAN PESTISIDA NABATI

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Pestisida nabati menjadi alternatif pengendalian hama yang aman dibanding pestisida sintetis. Penggunaan pestisida nabati memberikan keuntungan ganda, selain menghasilkan produk yang aman, lingkungan juga tidak tercemar. Pestisida nabati mampu mengatasi dan mengusir hama perusak tanaman pertanian dan perkebunan umumnya seperti kutu, ulat, belalang dan sebagainya.

Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya adalah tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan bahan dan teknologi yang sederhana. Bahan bakunya yang alami atau nabati membuat pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan

Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang tengah dilakukan Kementerian Pertanian untuk menggenjot produktivitas dalam menghadapi perubahan iklim menuju pertanian yang ramah lingkungan. Diantaranya melalui program Strategic Irrigation Modernization Urgent Project (SIMURP) dengan menggunakan teknologi Climate Smart Agriculture (CSA) atau Pertanian Cerdas Iklim.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, jika tujuan dari pembangunan pertanian diantaranya adalah peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, meningkatkan intensitas pertanaman, serta berbudidaya yang ramah lingkungan dengan tujuan akhir mensejahterakan masyarakat.

Selain itu perubahan iklim dan cuaca ekstrem akan berdampak tidak linier, tidak bisa diprediksi dan tidak berkelanjutan, ujar Mentan SYL.

Menurutnya, pandemi Covid-19 dan perubahan iklim berdampak sangat luar biasa terhadap perubahan lingkungan strategis global dan ketahanan pangan nasional.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, satu faktor produksi pertanian adalah pengendalian OPT. OPT bisa menghilangkan hasil antara 10 – 100% bahkan hingga tidak bisa panen atau gagal panen. Bila kita bisa mengendalikan OPT, artinya kita bisa menyelamatkan produktivitas antara 10 – 80%. Petani dan penyuluh sebagai garda terdepan suksesnya pembangunan pertanian harus terus bekerja keras.

Menurutnya saat ini iklim sudah berubah, sedang berubah dan akan selalu berubah. Maka kita harus beradaptasi. Pada saat kekeringan harus menggejot varietas yang tahan kekeringan. Varietas yang tahan terhadap berbagai macam serangan hama penyakit agar kita beradaptasi terhadap climate change,” katanya.

Dedi juga berharap penyuluh dan petani bisa membuat pestisida sendiri. Dengan cara tersebut, petani dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas. Penyuluh tidak hanya sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai formulator, inovator dan konsultan agribisnis. Jadi kedekatan antar penyuluh dengan petani akan menjadikan sinergi yang baik, sehingga segala permasalahan di petani akan cepat tertangani

“Produktivitas kita pasti berdaya saing, maka kita dapat mampu mengekspor hasil tani Indonesia,” katanya.

Sebagai penerima manfaat SIMURP, Poktan Hoyong Makmur melaksanakan pertemuan anggota rutin pada Selasa (15/03/2022) di Desa Kalimekar Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.

Dalam kegiatan ini dilaksanakan pengenalan terhadap petani mengenai pertanian cerdas iklim dan program SIMURP. Para petani penerima manfaat SIMURP juga dibekali ilmu dan praktek beberapa kegiatan, diantaranya pembuatan pestisida nabati dengan menggunakan bahan-bahan sederhana dan mudah didapat.

Menurut Koordinator BPP Gebang, Yeti mengungkapkan pembuatan pestisida nabati sangat mudah dan murah. Bahan-bahan yang digunakan nilainya murah serta tidak sulit dijumpai dari sumber daya yang ada di sekitar dan bisa dibuat sendiri.

Diantaranya adalah bawang putih, pandan, kemangi, cabe rawit, tembakau, kunyit, kenikir, daun nimba, serai, lengkuas, daun sirsak, rimpang jaringan. Setelah dijadikan ramuan pestisida nabati, bahan-bahan tersebut dapat digunakan untuk mengendalikan hama belalang, wereng coklat, walang sangit, kutu, ulat, aplhid dan trips pada sayuran dan tanaman lainnya, ujarnya.

Yeti menambahkan dengan menggunakan pestisida nabati juga solusi untuk mengatasi ketersediaan dan mahalnya harga obat-obatan pertanian khususnya pestisida sintetis/kimiawi. Dalam penggunaan dosis tinggi sekalipun, tanaman sangat jarang ditemukan tanaman mati dan tidak menimbulkan kekebalan pada serangga.

Pestisida nabati juga relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), saat diaplikasikan, akan membunuh hama saat itu juga dan setelah hamanya mati, residunya akan hilang di alam. Dengan demikian produk terbebas dari residu pestisida sehingga aman dikonsumsi manusia, terangnya. (NF)

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

About Us

Menjadi Mitra Pemerintah, Pengusaha, Lembaga dan Masyarakat Tani Yang Tangguh dan Unggul Dalam Kesejahteraan Petani dan Pemerataan Lapangan Kerja Serta Pendapatan Masyarakat Menuju Baitullah

Office

Kantor Makassar

  • Jl. Abdullah Dg.Sirua No. 226 B Makassar - Indonesia
  • biotawisata@gmail.com
  • 081242654363

Kantor Surabaya

  • Jalan Ploso Timur Lorong 7A No. 153 Tambak Sari Kota Surabaya - Jawa Timur

©2023  |  

Biota Group  |  

Cari Berita ?

Mau Lihat Arsip ?

Arsip Berita Kami